Jumat, 01 Februari 2013

From Kick Off To Love





Rintik-rintik hujan dipagi hari itu membasahi jendela kamar seorang cewek. Dari balik jendela, terlihat seorang cewek cantik yang sedang menikmati setiap butir air hujan yang jatuh. Sepasang mata coklat mudanya selalu terlihat terpesona dan memancarkan kebahagiaan setiap menikmati hujan. Selama ini ia hanya dapat menikmati hujan lewat jendela kamarnya. Ia berharap suatu saat nanti ia bisa menikmati kesegaran air hujan diluar sana. Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya dan seketika membuyarkan lamunannya. Ternyata bundanya telah berdiri di belakangnya yang kemudian berbisik.
“Ayo sayang kamu segera mandi. Hari ini kan hari pertama kamu pindah ke sekolah baru kamu. Jangan sampai terlambat!”
Cewek tersebut lalu membalas dengan anggukan kecil dan senyum yang mengembang di wajahnya.

*****
            Jalanan Jakarta pada jam-jam tertentu seperti saat ini memang sangat padat. Apalagi hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang selama dua minggu. Hal itu juga yang sedang dialami oleh cewek cantik berambut panjang sepinggang yang memiliki sepasang mata coklat muda dan berhidung mancung serta kulit putih yang bersih dan tinggi badan yang bisa dibilang ideal. Cewek itu baru saja pindah dari Bandung dan akan masuk sebagai siswi kelas XI SMA di sekolahnya yang baru pada hari ini. Cewek yang memiliki nama lengkap Keisha Amelia atau yang lebih akrab dipanggil Sasha adalah cewek cerdas dengan segudang prestasi. Ia terpaksa pindah dari Bandung karena kantor ayahnya pindah ke Jakarta.
            Pagi itu Sasha berangkat sekolah diantar ayahnya, karena masih harus mengurus beberapa administrasi kepindahannya. Selesai mengurus administrasi, ayahnya berpamitan karena ada rapat mendadak sehingga tidak bisa mengantar Sasha sampai ke kelas barunya.
            “Ayah berangkat ke kantor dulu ya. Kamu baik-baik disini, nanti kamu akan diantar bu Anita ke kelas baru kamu.” Kata ayahnya seraya mencium kening anak semata wayangnya itu.
            “Siap bos. Ayah hati-hati dijalan ya.” Jawab Sasha.
            Sebelum berangkat ayahnya sempat melambaikan tangan dan berkata sampai jumpa.

*****
            Sasha masuk di kelas XI-IA 2 yang lokasinya berada di lantai dua gedung utama sekolah Sasha, tepat diatas lobi tempat Sasha mengurus administrasi tadi. Ia menyusuri koridor dengan langkah cepat sambil mengekor di belakang bu Anita. Sesampainya di kelas, bu Anita memperkenalkan Sasha kepada teman-teman sekelasnya.
            “Anak-anak, hari ini kalian akan mendapat teman baru.” Ucap bu Anita seraya mempersilahkan Sasha masuk ke dalam kelas.
            Semua mata memandang Sasha, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Siswa laki-laki ada yang bersiul-siul, bahkan ada yang bengong karena terkagum-kagum. Sementara siswi perempuan mulai bergosip, banyak yang suka akan kehadiran Sasha, namun tidak sedikit yang tidak suka karena iri dengan kecantikannya.
            “Namanya Keisha Amelia, atau lebih akrab dipanggil Sasha.” Jelas bu Anita. Namun ketika bu Anita akan melanjutkan perkataannya, seisi kelas mulai ribut dengan obrolan masing-masing. Bahkan sempat terdengar siswa cowok berkata “Ohh… Sasha namanya.” ada juga yang seperti ini “Namanya cantik, secantik orangnya.” dan masih banyak lagi. Sebelum kelas semakin ribut seperti pasar minggu, akhirnya bu Anita memukul penghapus papan ke meja seraya berteriak “Sudaaaaaaaah, diaaam semuaaaa!” seketika kelas hening, karena jika bu Anita sudah marah tidak ada satu orang pun yang berani bersuara.
            “Baik, akan saya lanjutkan lagi perkenalan Sasha. Dia murid pindahan dari Bandung, dia pindah ke Jakarta karena kantor ayahnya pindah ke Jakarta. Di sekolahnya dulu, dia adalah bintang sekolah yang memiliki segudang prestasi. Saya berharap kalian mau menjadi teman baiknya dan jangan mengucilkannya!” Kemudian bu Anita mempersilahkan Sasha duduk di sebelah ketua kelas XI-IA 2, Aira.
            “Hai, namaku Airanda Rusdiantoro. Panggil aja aku Aira.” Aira memperkenalkan diri, seraya mengulurkan tangan kanannya.
            “Hai juga. Udah tau namaku kan? Senang berkenalan sama kamu.” Jawab Sasha ramah.
            “Iya, aku udah tau nama kamu kok. Aku juga senang bisa kenalan sama kamu. Oh ya, nanti pas jam istirahat ke kantin sama aku yuk?” Ajak Aira.
            Sasha menjawab ajakan Aira dengan anggukan kecil yang mantap.

*****
            Teng … Teng … Teng …
            Tepat pukul 3 sore, bel pulang sekolah berbunyi. Tidak terasa Sasha sudah melewati hari pertama di sekolah barunya. Secepat kilat berita kepindahan Sasha beserta keistimewaannya menjadi perbincangan hangat di kalangan siswa-siswi SMA Bakti Negeri Jakarta. Mulai dari siswa-siswi kelas 10 sampai 12, para guru dan staff tata usaha, sampai pedagang yang berjualan di kantin. Banyak siswi yang berebutan untuk menjadi temannya, tapi tidak sedikit yang menjadi musuhnya. Sementara para siswa berebutan untuk menjadi pacarnya. Hanya dalam hitungan jam, Sasha telah menjadi ratu sekolah.
            Begitu tiba di rumah, Sasha langsung mendapat berondongan pertanyaan dari ibunda tercintanya. Dimulai dari, bagaimana sikap teman-teman kamu? kamu masuk kelas apa? kamu duduk dengan siapa? siapa wali kelas kamu? kelas kamu di lantai berapa? apakah kamu sudah makan siang? dan masih banyak lagi. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan pernah berhenti meluncur dari bibir ibundanya itu kalau saja ayahnya tidak menyeringai.
            “Sudahlah bun, biarkan Sasha istirahat dulu. Nanti kalau Sasha sudah istirahat cukup, dia pasti cerita tanpa ditanya.” Tegas ayah.
            “Iya ayah. Tadinya bunda kan hanya penasaran, apakah teman-temannya memperlakukannya dengan baik atau tidak.”
            “Iya ayah tau. Tapi menurut ayah, lebih baik bunda antar Sasha ke kamarnya sekarang. Dia terlihat sangat lelah!”
            “Yasudahlah yah. Ayo sayang, bunda antar kamu ke kamar sekarang!” Ajak bundanya seraya menarik tangan Sasha menuju kamar.

*****
            Tidak terasa sudah sebulan Sasha bersekolah di SMA Bakti Negeri. Semakin hari, popularitas Sasha semakin naik. Hampir setiap hari Sasha menerima kiriman karangan bunga dan cokelat. Namun semua itu tidak pernah membuat Sasha menjadi sombong, Sasha tetap ramah dan rendah hati. Dan itulah salah satu alasan mengapa semakin hari fans Sasha selalu bertambah. Tidak terasa bel masuk berbunyi, Sasha beserta teman-teman sekelasnya berhamburan masuk ke dalam kelas disusul oleh bu Anita di belakang mereka.
            “Anak-anak, hari ini ibu adakan kuis mendadak. Siapkan selembar kertas dan sebuah bolpoint. Selain yang ibu sebutkan, tolong semuanya masukkan ke dalam tas. Lalu tas kalian kumpulkan ke depan!” Perintah bu Anita.
            “Sa, udah siap buat kuis ini?” Tanya Aira setengah berbisik.
            “Udah dong, apa sih yang nggak siap buat matematika, hehe. Kalo kamu ra?” Tanya Sasha balik.
            “Sama. Matematika kan cinta matiku, hehe.” Jawab Aira santai. Kemudian keduanya saling tertawa tertahan.
            “Baik. Soalnya berjumlah 15 soal, waktu kalian 45 menit. Dimulai dari ……. Sekarang!” Tegas bu Anita. Spontan kelas menjadi hening, karena para siswa serius mengerjakan soal.
            Hanya butuh waktu 30 menit bagi Sasha dan Aira untuk mengerjakan soal yang ada di hadapan mereka. Bagi mereka berdua, matematika adalah vitamin pelengkap hidup mereka. Tanpa matematika hidup mereka berdua terasa kurang lengkap.
            Selesai mengerjakan, mereka berdua kemudian keluar kelas untuk membeli jajan ke kantin. Namun ketika mereka sedang berjalan menyusuri koridor yang berada di samping lapangan futsal, tiba-tiba ada seorang cowok yang berteriak sambil setengah berlari ke arah Sasha. Sayangnya ketika Sasha dan Aira menyadari hal tersebut, semuanya sudah terlambat. Akhirnya …..
“Buuuuuuuuukkk …”
            Tiba-tiba Sasha merasa semuanya berputar, lama-kelamaan menjadi buram dan semakin gelap. Sasha masih sempat melihat Aira yang panik sebelum akhirnya ia terjatuh dan pingsan.

*****
            Suasana ruang UKS siang itu terlihat tenang. Hanya ada beberapa siswi yang sedang menimbang berat badan dan seorang petugas UKS yang sedang duduk di mejanya. Di depan pintu sebuah kamar yang tertutup, ada seorang siswi yang sedang mondar-mandir di depan pintu dengan raut wajah yang sangat gelisah. Sementara di sampingnya duduk seorang siswa yang masih mengenakan seragam futsal dengan lengan kanan bertuliskan “CAPTAIN” juga dengan raut wajah yang sama.
            Keheningan terasa mencekat diantara mereka berdua, karena mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai seorang petugas UKS keluar dari kamar tersebut dan memecah keheningan diantara mereka.
            “Bagaimana keadaan Sasha, bu? Apakah dia sudah sadarkan diri?” Tanya Aira cemas.
            “Keadaannya sudah membaik, tapi dia belum sadarkan diri. Mungkin akibat benturan dengan bola yang sangat keras, sehingga mengakibatkan kepalanya sedikit memar. Tapi dia baik-baik saja, mungkin sebentar lagi dia akan sadarkan diri.” Jelas bu Siska, petugas UKS.
            “Oh, syukurlah kalau begitu. Apa saya boleh masuk ke dalam untuk melihat keadaannya bu?” Ungkap Aira.
            “Jangan dulu. Biarkan dia istirahat cukup dulu. Nanti kalau dia sudah sadarkan diri, baru kamu boleh menemuinya. Tapi jangan diajak terlalu banyak mengobrol dulu, karena keadaannya belum pulih betul.” Tegas bu Siska.
            “Oh, terima kasih bu.”
            “Iya. Kalau begitu ibu tinggal ke kantor dulu!”
            “Oh iya, silahkan bu.”
            Keheningan kembali tercipta, sebelum akhirnya siswa yang dari tadi duduk di samping Aira dengan raut muka menyesal membuka percakapan.
            “Mmm … Gu .. Gu .. Gue minta maaf.” Ungkapnya terbata sambil menunduk.
            “Minta maaf buat apa?” Tanya Aira bingung.
            “Ya. Gara-gara gue, temen elo jadi celaka!”
            “Minta maafnya jangan sama gue dong, tapi sama Sasha!” Jelas Aira
            “Ya, tapi kan Sashanya belum sadar. Jadi minta maafnya gue titipin ke elo.”
            “Ya nggak bisa gitu dong, orang yang salah elo kok gue yang nyampein maaf elo ke Sasha. Elo harus minta maaf langsung ke orangnya. Elo harus tunggu sampai Sasha sadar, baru deh minta maaf.”
            Sebelum cowok itu menanggapi perkataan Aira. Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Aira pun langsung berpamitan.
            “Ehh udah bel, gue balik ke kelas duluan ya. Oh ya, elo harus tungguin Sasha sampai sadar, terus minta maaf. Baru elo boleh balik ke kelas!” Ancam Aira.
            Cowok itu memandangi kepergian Aira yang menghilang di balik pintu dengan perasaan bingung. Kemudian ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Sasha, ternyata sewaktu ia masuk, Sasha baru saja sadar.
            “Hai. Ternyata kamu udah sadar.” Kata cowok itu pelan.
            “Aku dimana? Terus kamu siapa?” Tanya Sasha panik.
            “Tenang aja, nggak usah panik. Kamu sekarang di UKS, tadi kepala kamu kebentur bola, terus kamu pingsan deh. Oh iya, kenalin namaku Arkaindra Kusuma panggil aja Arka.” Ujar Arka seraya mengulurkan tangan.
            “Oh iya, aku Keisha Amelia panggil aja Sasha.” Jawab Sasha dengan senyumannya yang bisa membuat cowok manapun meleleh.
            “Mmm … Aku minta maaf ya?”
            “Maaf? Buat apa? Prasaan kita baru kenal deh?” Tanya Sasha bingung.
            “Sebenernya kamu pingsan itu gara-gara kena bola yang aku tendang. Tapi beneran aku nggak sengaja, maafin aku ya?” Pinta Arka.
            “Ya ampuuun, aku pikir apaan. Kalau soal itu sih udah aku maafin. Lagian salah aku sendiri sih, tadi kamu kan udah teriak-teriak tapi aku aja yang nggak denger.” Jawab Sasha santai.
            “Syukur deh kamu mau maafin aku. Kalau nggak, pasti aku bakalan merasa bersalah seumur hidup, soalnya udah bikin cewek secantik kamu jadi benci sama aku.”
            “Duuh apaan sih. Kamu itu gombal banget deh.” Ucap Sasha dengan pipi bersemu merah.
            “Iya, beneran deh. Ciyus, hehe.”
            Dalam hitungan menit, mereka berdua semakin akrab. Banyak topik yang mereka bahas, mulai dari guru-guru killer yang ada di SMA Bakti Negeri, ruang kelas mereka yang ternyata bersebelahan, sampai hobi dan makanan favorit. Bahkan pulang sekolah nanti Arka dan Sasha berencana pulang bersama. Dengan alasan Arka masih merasa bersalah atas musibah yang menimpa Sasha.
*****
            Tepat seminggu yang lalu saat bola yang ditendang Arka mengenai kepala Sasha. Hari ini Arka mengajak Sasha ke salah satu tempat yang katanya sangat istimewa. Di sana Arka akan mengenalkan sesorang yang sangat istimewa dalam hidup Arka ke Sasha. Saat tiba di tempat yang dimaksud Arka, beribu pertanyaan berputar-putar di dalam kepala Sasha, namun rasa ingin tahunya ia pendam dahulu. Karena tadi ia telah berjanji untuk tidak bertanya-tanya dulu sebelum Arka menunjukkan orang istimewa tersebut.
            “Pasti kamu bingung ya kenapa kita ke rumah sakit kanker?” Selidik Arka.
            “Iya nih. Emang kenapa sih?” Jawab Sasha.
            “Sabar dulu. Nanti juga kamu bakalan tau sendiri.”
            Arka mengajak Sasha ke sebuah ruangan yang mirip dengan kamar seorang cewek yang masih seumuran dengan Sasha. Dari balik pintu tampak seorang cewek yang duduk di tepi tempat tidur sambil tersenyum lirih ketika mengetahui Arka memasuki ruangan.
            “Hai ka.” Sapa cewek itu seraya tersenyum.
            “Hai ra. Kamu baik-baik aja kan?” Tanya Arka cemas.
            “Ya beginilah keadaanku, sebaik apapun aku nggak akan bisa seperti orang-orang normal. Oh iya, siapa cewek yang ada di sebelah kamu? Cewek kamu ya?”
            “Tuh kan sampai lupa. Ini temen aku namanya Sasha, dia satu sekolah sama aku.” Ucap Arka seraya menunjuk ke arah Sasha.
            “Hai sa, namaku Tiara. Aku temennya Arka, senang bisa bertemu kamu. Oh ya, aku titip tolong jagain Arka ya. Aku lihat kalian berdua memang serasi.” Ucap Tiara lirih.
            “Aku juga senang bisa kenalan sama kamu. Aku pasti jagain Arka kok!” Jawab Sasha.
            Setelah waktu menunjukkan agak siang, Arka dan Sasha berpamitan pulang. Sebelum Arka mengantar Sasha pulang, ia mengajak Sasha untuk makan siang di sebuah cafe sambil mengobrol soal Tiara tadi.
            “Ka, sebenernya cewek tadi itu siapa?” Tanya Sasha dengan hati-hati.
            “Dia ... mantanku.” Jawab Arka ragu.
            “Mmm .. bukannya aku mau ikut campur. Tapi, kalau boleh tau kenapa ya kalian putus?”
            “Itu semua karena penyakitnya. Dia bilang, dia nggak mau kalau suatu saat nanti tiba-tiba dia ninggalin aku terus aku jadi depresi. Dia nyuruh aku supaya siap-siap mulai dari sekarang, karena umurnya udah nggak panjang lagi.”
            “Aku turut bersedih ya. Terus kenapa kamu ngajakin aku kesana?”
            “Dulu dia pernah bilang kalau aku udah nemuin cewek yang punya beberapa kesamaan sama dia, aku harus ngajak cewek itu ketemu dia. Supaya dia bisa tahu cewek yang akan menggantikan posisinya dalam hatiku.” Jelas Arka dengan rahang yang mulai mengeras.
            “Tapi, kenapa harus aku? Emang apa kesamaan aku sama Tiara?” Tanya Sasha bingung.
            “Banyak sa. Kamu sama Tiara sama-sama cerdas, sama-sama cantik, sama-sama rendah hati, dan masih banyak lagi. Dan yang paling penting, kamu punya mata yang sama persis dengan Tiara. Setiap aku menatap mata kamu, aku selalu bisa merasakan kalau Tiara ada di dalamnya.” Jelas Arka dengan air mata yang mulai mengalir.
            Sasha masih terheran-heran mendengar penjelasan Arka barusan. Ia masih belum bisa mempercayai akan apa yang telah dikatakan oleh Arka tentang Tiara. Sekarang Sasha tahu alasan mengapa Arka selalu menatapnya tepat di matanya tanpa sanggup mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dan mulai saat itu Sasha mulai mengagumi kepribadian diri yang dimiliki oleh Arka. Arka memang cowok yang bisa dibilang mendekati sempurna, pantas saja kalau Tiara tidak rela jika cowok yang sangat dicintainya menjadi depresi hanya karena kepergiannya.

*****
            Sudah sebulan terakhir ini hubungan Sasha dan Arka menjadi semakin dekat. Banyak teman-teman Arka yang bingung akan perubahan sifat Arka akhir-akhir ini. Dari dulu Arka terkenal paling dingin bila harus berhadapan dengan makhluk yang namanya cewek, apalagi setelah ia harus menerima kenyataan bahwa cewek yang sangat dicintainya(Tiara) mengidap penyakit kanker. Tapi semenjak Arka mengenal Sasha, ia lebih sabar dan memahami karakter cewek. Itu juga membuat Aira menjadi penasaran dengan hubungan Sasha dan Arka. Akhirnya sewaktu istirahat di kantin, Aira memutuskan untuk menanyakan hal itu ke Sasha.
            “Sa, kamu sekarang makin deket aja ya sama Arka.” Aira membuka percakapan.
            “Nggak juga. Dari dulu aku sama Arka kan emang deket.” Jawab Sasha santai sambil melahap mie ayamnya.
            “Tapi menurutku kalian sekarang itu beda. Dari cara kalian saling tatap itu kayak orang pacaran. Ya aku sih seneng aja kalau kamu pacaran sama Arka. Soalnya Arka orangnya kan baik dan bertanggungjawab pula. Aku yakin dia bisa jagain kamu.”
            “Jangan alay deh. Aku sama Arka cuma temen. Dan nggak akan pacaran.” Elak Sasha.
            Belum sempat Aira mengintrogasi Sasha lebih lanjut, tiba-tiba Adi berlari menghampiri mereka berdua dengan wajah panik.
            “Sa, elo harus ikut gue ke rumah sakit sekarang.” Ajak Adi sambil menarik tangan Sasha.
            “Bentar, bentar. Emang kenapa?” Tanya Sasha bingung
            “Itu .. itu .. si Arka kecelakaan sa. Keadaannya parah, dia sekarang koma di rumah sakit!” Jelas Adi terbata.
            Secara refleks, gelas yang tadinya dipegang Sasha tiba-tiba terlepas dari pegangan tangan Sasha dan jatuh pecah ke lantai. Tanpa mengeluarkan kata untuk menanggapi Adi, Sasha langsung berlari ke luar untuk segera berangkat ke rumah sakit.
            Setibanya di rumah sakit, Sasha langsung bertanya ke recepsionis dimana kamar Arka. Ternyata Arka berada di ruang ICU. Dari luar jendela ICU, Sasha menangisi Arka yang terbaring lemah di atas tempat tidur, dengan berbagai kabel di tubuhnya untuk menopang hidupnya saat ini. Sasha tidak sanggup melihat keadaan Arka yang seperti saat ini. Ingin rasanya Sasha meminta kepada Tuhan untuk menggantikan posisi Arka saat ini. Tapi Sasha tahu itu semua tidak mungkin, sehingga Sasha hanya bisa mendoakan kesembuhan Arka.

*****
            Sudah seminggu Arka terbaring di rumah sakit. Tapi sampai saat ini, Arka belum sadarkan diri. Dokter pernah menyuruh untuk mencabut semua alat bantu yang digunakan Arka karena menurut dokter harapan hidup Arka sangatlah kecil. Namun Sasha tidak pernah putus asa dan selalu percaya bahwa suatu saat nanti Arka akan sadar dan sehat seperti sediakala. Hari ini Sasha menjenguk Arka seperti biasanya. Ketika memasuki ruang ICU, air mata Sasha kembali menetes tanpa bisa ia kendalikan. Mata Sasha sangat sembab bahkan bengkak karena seminggu terakhir ini Sasha terus menerus menangisi Arka. Kemudian Sasha duduk di sebelah tempat tidur Arka sambil berkata pelan.
            “Ka, kamu pasti sembuh. Kamu nggak akan ninggalin aku sendirian. Kamu pasti akan menepati janji kamu buat ngajak aku merasakan kesegaran air hujan di luar sana. Aku akan selalu setia nungguin kamu disini, sampai kamu sadar dan menepati janji kamu.” Ucap Sasha tanpa sanggup menahan air matanya yang mengalir begitu derasnya.
            Sasha menangis seraya menunduk tanpa sanggup menatap Arka yang terbaring lemah. Tiba-tiba Sasha merasakan sepasang tangan hangat menyentuh tangan kanannya. Spontan Sasha menengok ke arah Arka, dan tanpa bisa dipercaya ternyata Arka sedang tersenyum sambil menatap Sasha lekat-lekat. Kehangatan terpancar dari sinar mata Arka, membuat hati Sasha yang tadinya terluka dan hancur menjadi sangat tenang. Tanpa sanggup berkata-kata, Sasha memeluk Arka erat-erat seolah-olah tak ingin kehilangan Arka untuk yang kedua kalinya.
            “Sa, aku menepati janjiku kan? Aku akan selalu menemani kamu dan nggak akan pernah ninggalin kamu sendirian. Dan nanti kalau aku udah pulang dari sini, aku akan mengajak kamu buat merasakan kesegaran air hujan seperti mimpi kamu selama ini.” Ungkap Arka lirih.
            “Iya ka, kamu selalu menepati janji kamu.” Jawab Sasha dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
            “Tapi kamu juga harus janji sama aku!”
            “Janji buat apa?”
            “Kamu nggak akan pernah nangis lagi kayak sekarang. Aku mau kamu hapus semua air mata kamu. Kalau kamu sedih, aku juga ikutan sedih.” Jelas Arka.
            “Iya bawel. Kamu itu ya, lagi sakit gini masih bisa bawel aja.” Jawab Sasha seraya menghapus air matanya.
            “Biar bawel-bawel gini, kamu suka kan?” Goda Arka.
            “Iya iya. Justru yang bikin aku suka kamu itu karena kamu bawel.” Jawab Sasha mantap seraya menatap Arka lekat.
            “Sa, aku sayang sama kamu. Aku pengen selalu jagain kamu dan selalu ada buat kamu.”
            “Aku juga sayaaaaaaaaaaang banget sama kamu ka. Aku juga pengen kamu selalu ada buat jagain dan nemenin aku sampai kapanpun.”
            Mereka berdua pun larut dalam suasana itu. Mereka saling menatap untuk menggenapkan rindu yang separuh dan saling berjanji dalam hati untuk selalu menjaga satu sama lain.
*****
            Arka menepati janjinya untuk mengajak Sasha merasakan kesegaran air hujan secara langsung. Sasha begitu bahagia bisa merasakan bagaimana kesegaran air hujan itu apalagi ia merasakannya bersama orang yang sangat ia sayangi, yaitu Arka. Setelah Sasha terlihat kedinginan, akhirnya Arka memutuskan untuk berteduh sejenak. Arka melepas jaket yang dikenakannya untuk kemudian diselimutkan ke badan Sasha yang basah kuyup.
            “Ka, makasih buat semuanya ya.” Ucap Sasha lembut.
            “Aku juga mau bilang makasih karena kamu udah hadir dalam hidup aku, menjadi seseorang yang melengkapi hidupku. Kamu adalah malaikat yang menyadarkan aku kalau di dunia ini cewek bukan cuma Tiara dan aku harus tetap melanjutkan hidup dengan atau tanpa Tiara.” Ucap Arka.
            “Aku juga bahagia banget waktu bisa mengenal kamu lebih dekat. Kamu orangnya penyayang, perhatian, dan yang paling penting bertanggungjawab dan selalu ngejagain aku sampai kapanpun.” Jelas Sasha seraya menatap Arka.
            “I will always love you and never leave you alone. I will always be your guard and make you feel safe and comfortable also feel warm of my love(Aku akan selalu mencintaimu dan tak akan pernah meninggalkanmu sendiri. Aku akan selalu menjadi pelindungmu dan membuat kamu merasa aman dan nyaman serta merasakan kehangatan cintaku).” Ungkap Arka.
            “I love you so much ka.” Bisik Sasha yang kemudian memeluk Arka erat.
            “I love you so much too.” Balas Arka lirih sambil terus memeluk Sasha erat.
            Mereka berdua saling memeluk dengan erat satu sama lain serta enggan untuk melepaskannya dan  saling mengungkapkan betapa bahagianya perasaan mereka saat ini. Dan hujan pada saat itu pun menjadi saksi keabadian cinta mereka berdua.

*TAMAT*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar