Rintik-rintik
hujan dipagi hari itu membasahi jendela kamar seorang cewek. Dari balik jendela,
terlihat seorang cewek cantik yang sedang menikmati setiap butir air hujan yang
jatuh. Sepasang mata coklat mudanya selalu terlihat terpesona dan memancarkan kebahagiaan
setiap menikmati hujan. Selama ini ia hanya dapat menikmati hujan lewat jendela
kamarnya. Ia berharap suatu saat nanti ia bisa menikmati kesegaran air hujan
diluar sana. Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya dan seketika
membuyarkan lamunannya. Ternyata bundanya telah berdiri di belakangnya yang
kemudian berbisik.
“Ayo sayang kamu
segera mandi. Hari ini kan hari pertama kamu pindah ke sekolah baru kamu.
Jangan sampai terlambat!”
Cewek tersebut
lalu membalas dengan anggukan kecil dan senyum yang mengembang di wajahnya.
*****
Jalanan
Jakarta pada jam-jam tertentu seperti saat ini memang sangat padat. Apalagi
hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang selama dua
minggu. Hal itu juga yang sedang dialami oleh cewek cantik berambut panjang
sepinggang yang memiliki sepasang mata coklat muda dan berhidung mancung serta
kulit putih yang bersih dan tinggi badan yang bisa dibilang ideal. Cewek itu
baru saja pindah dari Bandung dan akan masuk sebagai siswi kelas XI SMA di
sekolahnya yang baru pada hari ini. Cewek yang memiliki nama lengkap Keisha
Amelia atau yang lebih akrab dipanggil Sasha adalah cewek cerdas dengan
segudang prestasi. Ia terpaksa pindah dari Bandung karena kantor ayahnya pindah
ke Jakarta.
Pagi
itu Sasha berangkat sekolah diantar ayahnya, karena masih harus mengurus
beberapa administrasi kepindahannya. Selesai mengurus administrasi, ayahnya
berpamitan karena ada rapat mendadak sehingga tidak bisa mengantar Sasha sampai
ke kelas barunya.
“Ayah
berangkat ke kantor dulu ya. Kamu baik-baik disini, nanti kamu akan diantar bu
Anita ke kelas baru kamu.” Kata ayahnya seraya mencium kening anak semata
wayangnya itu.
“Siap
bos. Ayah hati-hati dijalan ya.” Jawab Sasha.
Sebelum
berangkat ayahnya sempat melambaikan tangan dan berkata sampai jumpa.
*****
Sasha
masuk di kelas XI-IA 2 yang lokasinya berada di lantai dua gedung utama sekolah
Sasha, tepat diatas lobi tempat Sasha mengurus administrasi tadi. Ia menyusuri
koridor dengan langkah cepat sambil mengekor di belakang bu Anita. Sesampainya
di kelas, bu Anita memperkenalkan Sasha kepada teman-teman sekelasnya.
“Anak-anak,
hari ini kalian akan mendapat teman baru.” Ucap bu Anita seraya mempersilahkan
Sasha masuk ke dalam kelas.
Semua
mata memandang Sasha, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Siswa
laki-laki ada yang bersiul-siul, bahkan ada yang bengong karena terkagum-kagum.
Sementara siswi perempuan mulai bergosip, banyak yang suka akan kehadiran
Sasha, namun tidak sedikit yang tidak suka karena iri dengan kecantikannya.
“Namanya
Keisha Amelia, atau lebih akrab dipanggil Sasha.” Jelas bu Anita. Namun ketika
bu Anita akan melanjutkan perkataannya, seisi kelas mulai ribut dengan obrolan
masing-masing. Bahkan sempat terdengar siswa cowok berkata “Ohh… Sasha
namanya.” ada juga yang seperti ini “Namanya cantik, secantik orangnya.” dan
masih banyak lagi. Sebelum kelas semakin ribut seperti pasar minggu, akhirnya
bu Anita memukul penghapus papan ke meja seraya berteriak “Sudaaaaaaaah, diaaam
semuaaaa!” seketika kelas hening, karena jika bu Anita sudah marah tidak ada
satu orang pun yang berani bersuara.
“Baik,
akan saya lanjutkan lagi perkenalan Sasha. Dia murid pindahan dari Bandung, dia
pindah ke Jakarta karena kantor ayahnya pindah ke Jakarta. Di sekolahnya dulu,
dia adalah bintang sekolah yang memiliki segudang prestasi. Saya berharap
kalian mau menjadi teman baiknya dan jangan mengucilkannya!” Kemudian bu Anita
mempersilahkan Sasha duduk di sebelah ketua kelas XI-IA 2, Aira.
“Hai,
namaku Airanda Rusdiantoro. Panggil aja aku Aira.” Aira memperkenalkan diri,
seraya mengulurkan tangan kanannya.
“Hai
juga. Udah tau namaku kan? Senang berkenalan sama kamu.” Jawab Sasha ramah.
“Iya,
aku udah tau nama kamu kok. Aku juga senang bisa kenalan sama kamu. Oh ya,
nanti pas jam istirahat ke kantin sama aku yuk?” Ajak Aira.
Sasha
menjawab ajakan Aira dengan anggukan kecil yang mantap.
*****
Teng
… Teng … Teng …
Tepat
pukul 3 sore, bel pulang sekolah berbunyi. Tidak terasa Sasha sudah melewati
hari pertama di sekolah barunya. Secepat kilat berita kepindahan Sasha beserta
keistimewaannya menjadi perbincangan hangat di kalangan siswa-siswi SMA Bakti
Negeri Jakarta. Mulai dari siswa-siswi kelas 10 sampai 12, para guru dan staff
tata usaha, sampai pedagang yang berjualan di kantin. Banyak siswi yang
berebutan untuk menjadi temannya, tapi tidak sedikit yang menjadi musuhnya.
Sementara para siswa berebutan untuk menjadi pacarnya. Hanya dalam hitungan
jam, Sasha telah menjadi ratu sekolah.
Begitu
tiba di rumah, Sasha langsung mendapat berondongan pertanyaan dari ibunda
tercintanya. Dimulai dari, bagaimana sikap teman-teman kamu? kamu masuk kelas
apa? kamu duduk dengan siapa? siapa wali kelas kamu? kelas kamu di lantai
berapa? apakah kamu sudah makan siang? dan masih banyak lagi. Pertanyaan-pertanyaan
itu tidak akan pernah berhenti meluncur dari bibir ibundanya itu kalau saja
ayahnya tidak menyeringai.
“Sudahlah
bun, biarkan Sasha istirahat dulu. Nanti kalau Sasha sudah istirahat cukup, dia
pasti cerita tanpa ditanya.” Tegas ayah.
“Iya
ayah. Tadinya bunda kan hanya penasaran, apakah teman-temannya memperlakukannya
dengan baik atau tidak.”
“Iya
ayah tau. Tapi menurut ayah, lebih baik bunda antar Sasha ke kamarnya sekarang.
Dia terlihat sangat lelah!”
“Yasudahlah
yah. Ayo sayang, bunda antar kamu ke kamar sekarang!” Ajak bundanya seraya
menarik tangan Sasha menuju kamar.
*****
Tidak
terasa sudah sebulan Sasha bersekolah di SMA Bakti Negeri. Semakin hari,
popularitas Sasha semakin naik. Hampir setiap hari Sasha menerima kiriman
karangan bunga dan cokelat. Namun semua itu tidak pernah membuat Sasha menjadi
sombong, Sasha tetap ramah dan rendah hati. Dan itulah salah satu alasan mengapa
semakin hari fans Sasha selalu bertambah. Tidak terasa bel masuk berbunyi,
Sasha beserta teman-teman sekelasnya berhamburan masuk ke dalam kelas disusul
oleh bu Anita di belakang mereka.
“Anak-anak,
hari ini ibu adakan kuis mendadak. Siapkan selembar kertas dan sebuah bolpoint.
Selain yang ibu sebutkan, tolong semuanya masukkan ke dalam tas. Lalu tas
kalian kumpulkan ke depan!” Perintah bu Anita.
“Sa,
udah siap buat kuis ini?” Tanya Aira setengah berbisik.
“Udah
dong, apa sih yang nggak siap buat matematika, hehe. Kalo kamu ra?” Tanya Sasha
balik.
“Sama.
Matematika kan cinta matiku, hehe.” Jawab Aira santai. Kemudian keduanya saling
tertawa tertahan.
“Baik.
Soalnya berjumlah 15 soal, waktu kalian 45 menit. Dimulai dari ……. Sekarang!”
Tegas bu Anita. Spontan kelas menjadi hening, karena para siswa serius
mengerjakan soal.
Hanya
butuh waktu 30 menit bagi Sasha dan Aira untuk mengerjakan soal yang ada di
hadapan mereka. Bagi mereka berdua, matematika adalah vitamin pelengkap hidup
mereka. Tanpa matematika hidup mereka berdua terasa kurang lengkap.
Selesai
mengerjakan, mereka berdua kemudian keluar kelas untuk membeli jajan ke kantin.
Namun ketika mereka sedang berjalan menyusuri koridor yang berada di samping
lapangan futsal, tiba-tiba ada seorang cowok yang berteriak sambil setengah
berlari ke arah Sasha. Sayangnya ketika Sasha dan Aira menyadari hal tersebut,
semuanya sudah terlambat. Akhirnya …..
“Buuuuuuuuukkk
…”
Tiba-tiba
Sasha merasa semuanya berputar, lama-kelamaan menjadi buram dan semakin gelap.
Sasha masih sempat melihat Aira yang panik sebelum akhirnya ia terjatuh dan
pingsan.
*****
Suasana
ruang UKS siang itu terlihat tenang. Hanya ada beberapa siswi yang sedang
menimbang berat badan dan seorang petugas UKS yang sedang duduk di mejanya. Di
depan pintu sebuah kamar yang tertutup, ada seorang siswi yang sedang
mondar-mandir di depan pintu dengan raut wajah yang sangat gelisah. Sementara
di sampingnya duduk seorang siswa yang masih mengenakan seragam futsal dengan
lengan kanan bertuliskan “CAPTAIN”
juga dengan raut wajah yang sama.
Keheningan
terasa mencekat diantara mereka berdua, karena mereka sama-sama sibuk dengan
pikiran masing-masing. Sampai seorang petugas UKS keluar dari kamar tersebut
dan memecah keheningan diantara mereka.
“Bagaimana
keadaan Sasha, bu? Apakah dia sudah sadarkan diri?” Tanya Aira cemas.
“Keadaannya
sudah membaik, tapi dia belum sadarkan diri. Mungkin akibat benturan dengan
bola yang sangat keras, sehingga mengakibatkan kepalanya sedikit memar. Tapi
dia baik-baik saja, mungkin sebentar lagi dia akan sadarkan diri.” Jelas bu
Siska, petugas UKS.
“Oh,
syukurlah kalau begitu. Apa saya boleh masuk ke dalam untuk melihat keadaannya
bu?” Ungkap Aira.
“Jangan
dulu. Biarkan dia istirahat cukup dulu. Nanti kalau dia sudah sadarkan diri,
baru kamu boleh menemuinya. Tapi jangan diajak terlalu banyak mengobrol dulu,
karena keadaannya belum pulih betul.” Tegas bu Siska.
“Oh,
terima kasih bu.”
“Iya.
Kalau begitu ibu tinggal ke kantor dulu!”
“Oh
iya, silahkan bu.”
Keheningan
kembali tercipta, sebelum akhirnya siswa yang dari tadi duduk di samping Aira
dengan raut muka menyesal membuka percakapan.
“Mmm
… Gu .. Gu .. Gue minta maaf.” Ungkapnya terbata sambil menunduk.
“Minta
maaf buat apa?” Tanya Aira bingung.
“Ya.
Gara-gara gue, temen elo jadi celaka!”
“Minta
maafnya jangan sama gue dong, tapi sama Sasha!” Jelas Aira
“Ya,
tapi kan Sashanya belum sadar. Jadi minta maafnya gue titipin ke elo.”
“Ya
nggak bisa gitu dong, orang yang salah elo kok gue yang nyampein maaf elo ke Sasha.
Elo harus minta maaf langsung ke orangnya. Elo harus tunggu sampai Sasha sadar,
baru deh minta maaf.”
Sebelum
cowok itu menanggapi perkataan Aira. Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Aira pun
langsung berpamitan.
“Ehh
udah bel, gue balik ke kelas duluan ya. Oh ya, elo harus tungguin Sasha sampai
sadar, terus minta maaf. Baru elo boleh balik ke kelas!” Ancam Aira.
Cowok
itu memandangi kepergian Aira yang menghilang di balik pintu dengan perasaan
bingung. Kemudian ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Sasha, ternyata
sewaktu ia masuk, Sasha baru saja sadar.
“Hai.
Ternyata kamu udah sadar.” Kata cowok itu pelan.
“Aku
dimana? Terus kamu siapa?” Tanya Sasha panik.
“Tenang
aja, nggak usah panik. Kamu sekarang di UKS, tadi kepala kamu kebentur bola,
terus kamu pingsan deh. Oh iya, kenalin namaku Arkaindra Kusuma panggil aja
Arka.” Ujar Arka seraya mengulurkan tangan.
“Oh
iya, aku Keisha Amelia panggil aja Sasha.” Jawab Sasha dengan senyumannya yang
bisa membuat cowok manapun meleleh.
“Mmm
… Aku minta maaf ya?”
“Maaf?
Buat apa? Prasaan kita baru kenal deh?” Tanya Sasha bingung.
“Sebenernya
kamu pingsan itu gara-gara kena bola yang aku tendang. Tapi beneran aku nggak
sengaja, maafin aku ya?” Pinta Arka.
“Ya
ampuuun, aku pikir apaan. Kalau soal itu sih udah aku maafin. Lagian salah aku
sendiri sih, tadi kamu kan udah teriak-teriak tapi aku aja yang nggak denger.”
Jawab Sasha santai.
“Syukur
deh kamu mau maafin aku. Kalau nggak, pasti aku bakalan merasa bersalah seumur
hidup, soalnya udah bikin cewek secantik kamu jadi benci sama aku.”
“Duuh
apaan sih. Kamu itu gombal banget deh.” Ucap Sasha dengan pipi bersemu merah.
“Iya,
beneran deh. Ciyus, hehe.”
Dalam
hitungan menit, mereka berdua semakin akrab. Banyak topik yang mereka bahas,
mulai dari guru-guru killer yang ada di SMA Bakti Negeri, ruang kelas mereka
yang ternyata bersebelahan, sampai hobi dan makanan favorit. Bahkan pulang
sekolah nanti Arka dan Sasha berencana pulang bersama. Dengan alasan Arka masih
merasa bersalah atas musibah yang menimpa Sasha.
*****
Tepat
seminggu yang lalu saat bola yang ditendang Arka mengenai kepala Sasha. Hari
ini Arka mengajak Sasha ke salah satu tempat yang katanya sangat istimewa. Di
sana Arka akan mengenalkan sesorang yang sangat istimewa dalam hidup Arka ke
Sasha. Saat tiba di tempat yang dimaksud Arka, beribu pertanyaan berputar-putar
di dalam kepala Sasha, namun rasa ingin tahunya ia pendam dahulu. Karena tadi
ia telah berjanji untuk tidak bertanya-tanya dulu sebelum Arka menunjukkan
orang istimewa tersebut.
“Pasti
kamu bingung ya kenapa kita ke rumah sakit kanker?” Selidik Arka.
“Iya
nih. Emang kenapa sih?” Jawab Sasha.
“Sabar
dulu. Nanti juga kamu bakalan tau sendiri.”
Arka
mengajak Sasha ke sebuah ruangan yang mirip dengan kamar seorang cewek yang
masih seumuran dengan Sasha. Dari balik pintu tampak seorang cewek yang duduk
di tepi tempat tidur sambil tersenyum lirih ketika mengetahui Arka memasuki
ruangan.
“Hai
ka.” Sapa cewek itu seraya tersenyum.
“Hai
ra. Kamu baik-baik aja kan?” Tanya Arka cemas.
“Ya
beginilah keadaanku, sebaik apapun aku nggak akan bisa seperti orang-orang
normal. Oh iya, siapa cewek yang ada di sebelah kamu? Cewek kamu ya?”
“Tuh
kan sampai lupa. Ini temen aku namanya Sasha, dia satu sekolah sama aku.” Ucap
Arka seraya menunjuk ke arah Sasha.
“Hai
sa, namaku Tiara. Aku temennya Arka, senang bisa bertemu kamu. Oh ya, aku titip
tolong jagain Arka ya. Aku lihat kalian berdua memang serasi.” Ucap Tiara
lirih.
“Aku
juga senang bisa kenalan sama kamu. Aku pasti jagain Arka kok!” Jawab Sasha.
Setelah
waktu menunjukkan agak siang, Arka dan Sasha berpamitan pulang. Sebelum Arka
mengantar Sasha pulang, ia mengajak Sasha untuk makan siang di sebuah cafe sambil
mengobrol soal Tiara tadi.
“Ka,
sebenernya cewek tadi itu siapa?” Tanya Sasha dengan hati-hati.
“Dia
... mantanku.” Jawab Arka ragu.
“Mmm
.. bukannya aku mau ikut campur. Tapi, kalau boleh tau kenapa ya kalian putus?”
“Itu
semua karena penyakitnya. Dia bilang, dia nggak mau kalau suatu saat nanti
tiba-tiba dia ninggalin aku terus aku jadi depresi. Dia nyuruh aku supaya
siap-siap mulai dari sekarang, karena umurnya udah nggak panjang lagi.”
“Aku
turut bersedih ya. Terus kenapa kamu ngajakin aku kesana?”
“Dulu
dia pernah bilang kalau aku udah nemuin cewek yang punya beberapa kesamaan sama
dia, aku harus ngajak cewek itu ketemu dia. Supaya dia bisa tahu cewek yang
akan menggantikan posisinya dalam hatiku.” Jelas Arka dengan rahang yang mulai
mengeras.
“Tapi,
kenapa harus aku? Emang apa kesamaan aku sama Tiara?” Tanya Sasha bingung.
“Banyak
sa. Kamu sama Tiara sama-sama cerdas, sama-sama cantik, sama-sama rendah hati,
dan masih banyak lagi. Dan yang paling penting, kamu punya mata yang sama
persis dengan Tiara. Setiap aku menatap mata kamu, aku selalu bisa merasakan
kalau Tiara ada di dalamnya.” Jelas Arka dengan air mata yang mulai mengalir.
Sasha
masih terheran-heran mendengar penjelasan Arka barusan. Ia masih belum bisa
mempercayai akan apa yang telah dikatakan oleh Arka tentang Tiara. Sekarang
Sasha tahu alasan mengapa Arka selalu menatapnya tepat di matanya tanpa sanggup
mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dan mulai saat itu Sasha mulai mengagumi
kepribadian diri yang dimiliki oleh Arka. Arka memang cowok yang bisa dibilang
mendekati sempurna, pantas saja kalau Tiara tidak rela jika cowok yang sangat
dicintainya menjadi depresi hanya karena kepergiannya.
*****
Sudah
sebulan terakhir ini hubungan Sasha dan Arka menjadi semakin dekat. Banyak
teman-teman Arka yang bingung akan perubahan sifat Arka akhir-akhir ini. Dari
dulu Arka terkenal paling dingin bila harus berhadapan dengan makhluk yang
namanya cewek, apalagi setelah ia harus menerima kenyataan bahwa cewek yang
sangat dicintainya(Tiara) mengidap penyakit kanker. Tapi semenjak Arka mengenal
Sasha, ia lebih sabar dan memahami karakter cewek. Itu juga membuat Aira
menjadi penasaran dengan hubungan Sasha dan Arka. Akhirnya sewaktu istirahat di
kantin, Aira memutuskan untuk menanyakan hal itu ke Sasha.
“Sa,
kamu sekarang makin deket aja ya sama Arka.” Aira membuka percakapan.
“Nggak
juga. Dari dulu aku sama Arka kan emang deket.” Jawab Sasha santai sambil
melahap mie ayamnya.
“Tapi
menurutku kalian sekarang itu beda. Dari cara kalian saling tatap itu kayak
orang pacaran. Ya aku sih seneng aja kalau kamu pacaran sama Arka. Soalnya Arka
orangnya kan baik dan bertanggungjawab pula. Aku yakin dia bisa jagain kamu.”
“Jangan
alay deh. Aku sama Arka cuma temen. Dan nggak akan pacaran.” Elak Sasha.
Belum
sempat Aira mengintrogasi Sasha lebih lanjut, tiba-tiba Adi berlari menghampiri
mereka berdua dengan wajah panik.
“Sa,
elo harus ikut gue ke rumah sakit sekarang.” Ajak Adi sambil menarik tangan
Sasha.
“Bentar,
bentar. Emang kenapa?” Tanya Sasha bingung
“Itu
.. itu .. si Arka kecelakaan sa. Keadaannya parah, dia sekarang koma di rumah
sakit!” Jelas Adi terbata.
Secara
refleks, gelas yang tadinya dipegang Sasha tiba-tiba terlepas dari pegangan
tangan Sasha dan jatuh pecah ke lantai. Tanpa mengeluarkan kata untuk
menanggapi Adi, Sasha langsung berlari ke luar untuk segera berangkat ke rumah
sakit.
Setibanya
di rumah sakit, Sasha langsung bertanya ke recepsionis dimana kamar Arka.
Ternyata Arka berada di ruang ICU. Dari luar jendela ICU, Sasha menangisi Arka
yang terbaring lemah di atas tempat tidur, dengan berbagai kabel di tubuhnya untuk
menopang hidupnya saat ini. Sasha tidak sanggup melihat keadaan Arka yang
seperti saat ini. Ingin rasanya Sasha meminta kepada Tuhan untuk menggantikan
posisi Arka saat ini. Tapi Sasha tahu itu semua tidak mungkin, sehingga Sasha
hanya bisa mendoakan kesembuhan Arka.
*****
Sudah
seminggu Arka terbaring di rumah sakit. Tapi sampai saat ini, Arka belum
sadarkan diri. Dokter pernah menyuruh untuk mencabut semua alat bantu yang
digunakan Arka karena menurut dokter harapan hidup Arka sangatlah kecil. Namun
Sasha tidak pernah putus asa dan selalu percaya bahwa suatu saat nanti Arka
akan sadar dan sehat seperti sediakala. Hari ini Sasha menjenguk Arka seperti
biasanya. Ketika memasuki ruang ICU, air mata Sasha kembali menetes tanpa bisa
ia kendalikan. Mata Sasha sangat sembab bahkan bengkak karena seminggu terakhir
ini Sasha terus menerus menangisi Arka. Kemudian Sasha duduk di sebelah tempat
tidur Arka sambil berkata pelan.
“Ka,
kamu pasti sembuh. Kamu nggak akan ninggalin aku sendirian. Kamu pasti akan
menepati janji kamu buat ngajak aku merasakan kesegaran air hujan di luar sana.
Aku akan selalu setia nungguin kamu disini, sampai kamu sadar dan menepati
janji kamu.” Ucap Sasha tanpa sanggup menahan air matanya yang mengalir begitu
derasnya.
Sasha
menangis seraya menunduk tanpa sanggup menatap Arka yang terbaring lemah.
Tiba-tiba Sasha merasakan sepasang tangan hangat menyentuh tangan kanannya.
Spontan Sasha menengok ke arah Arka, dan tanpa bisa dipercaya ternyata Arka
sedang tersenyum sambil menatap Sasha lekat-lekat. Kehangatan terpancar dari
sinar mata Arka, membuat hati Sasha yang tadinya terluka dan hancur menjadi
sangat tenang. Tanpa sanggup berkata-kata, Sasha memeluk Arka erat-erat
seolah-olah tak ingin kehilangan Arka untuk yang kedua kalinya.
“Sa,
aku menepati janjiku kan? Aku akan selalu menemani kamu dan nggak akan pernah
ninggalin kamu sendirian. Dan nanti kalau aku udah pulang dari sini, aku akan
mengajak kamu buat merasakan kesegaran air hujan seperti mimpi kamu selama ini.”
Ungkap Arka lirih.
“Iya
ka, kamu selalu menepati janji kamu.” Jawab Sasha dengan air mata yang terus
membasahi pipinya.
“Tapi
kamu juga harus janji sama aku!”
“Janji
buat apa?”
“Kamu
nggak akan pernah nangis lagi kayak sekarang. Aku mau kamu hapus semua air mata
kamu. Kalau kamu sedih, aku juga ikutan sedih.” Jelas Arka.
“Iya
bawel. Kamu itu ya, lagi sakit gini masih bisa bawel aja.” Jawab Sasha seraya
menghapus air matanya.
“Biar
bawel-bawel gini, kamu suka kan?” Goda Arka.
“Iya
iya. Justru yang bikin aku suka kamu itu karena kamu bawel.” Jawab Sasha mantap
seraya menatap Arka lekat.
“Sa,
aku sayang sama kamu. Aku pengen selalu jagain kamu dan selalu ada buat kamu.”
“Aku
juga sayaaaaaaaaaaang banget sama kamu ka. Aku juga pengen kamu selalu ada buat
jagain dan nemenin aku sampai kapanpun.”
Mereka
berdua pun larut dalam suasana itu. Mereka saling menatap untuk menggenapkan
rindu yang separuh dan saling berjanji dalam hati untuk selalu menjaga satu
sama lain.
*****
Arka
menepati janjinya untuk mengajak Sasha merasakan kesegaran air hujan secara
langsung. Sasha begitu bahagia bisa merasakan bagaimana kesegaran air hujan itu
apalagi ia merasakannya bersama orang yang sangat ia sayangi, yaitu Arka.
Setelah Sasha terlihat kedinginan, akhirnya Arka memutuskan untuk berteduh
sejenak. Arka melepas jaket yang dikenakannya untuk kemudian diselimutkan ke
badan Sasha yang basah kuyup.
“Ka,
makasih buat semuanya ya.” Ucap Sasha lembut.
“Aku
juga mau bilang makasih karena kamu udah hadir dalam hidup aku, menjadi
seseorang yang melengkapi hidupku. Kamu adalah malaikat yang menyadarkan aku
kalau di dunia ini cewek bukan cuma Tiara dan aku harus tetap melanjutkan hidup
dengan atau tanpa Tiara.” Ucap Arka.
“Aku
juga bahagia banget waktu bisa mengenal kamu lebih dekat. Kamu orangnya
penyayang, perhatian, dan yang paling penting bertanggungjawab dan selalu
ngejagain aku sampai kapanpun.” Jelas Sasha seraya menatap Arka.
“I
will always love you and never leave you alone. I will always be your guard and
make you feel safe and comfortable also feel warm of my love(Aku akan selalu mencintaimu dan tak akan
pernah meninggalkanmu sendiri. Aku akan selalu menjadi pelindungmu dan membuat
kamu merasa aman dan nyaman serta merasakan kehangatan cintaku).” Ungkap
Arka.
“I
love you so much ka.” Bisik Sasha yang kemudian memeluk Arka erat.
“I
love you so much too.” Balas Arka lirih sambil terus memeluk Sasha erat.
Mereka
berdua saling memeluk dengan erat satu sama lain serta enggan untuk
melepaskannya dan saling mengungkapkan
betapa bahagianya perasaan mereka saat ini. Dan hujan pada saat itu pun menjadi
saksi keabadian cinta mereka berdua.
*TAMAT*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar